Dari Pisang Goreng MDF hingga Penghinaan BTM: HYU Ungkap Alasan Pilih Berdiri untuk MARI YO

Jayapura. Detik-detik menuju PSU Pilgub Papua 6 Agustus 2025 menjadi saksi kegelisahan mendalam di kubu  calon Gubernur Papua Benhur Tomi Mano (BTM). Ketika suara rakyat mulai berpaling dan gelombang perubahan menggema di seluruh pelosok Tanah Papua,

BTM justru mengambil langkah panik,memerintahkan istrinya, Ibu Christin Luluporo Mano, untuk menyebar foto hoaks di media sosial demi menjegal tokoh nasional asal papua, Hendrik Yance Udam (HYU). Untuk memenangkan MARI YO sebagai Gubenur dan wakil Gubernur Papua

Sebuah foto lawas yang memperlihatkan HYU bersama BTM diambil secara diam-diam pada Oktober 2024, disebar luas melalui Facebook dan grup-grup WhatsApp. Tujuannya jelas: menciptakan ilusi bahwa HYU mendukung BTM, padahal kenyataannya HYU berdiri kokoh di garda depan bersama pasangan Matius Derek Fakhiri–Aryoko Rumaropen (MARI YO).

Namun alih-alih melemahkan semangat rakyat, propaganda itu justru membakar bara perjuangan dan membuka mata publik. Wajah asli BTM yang selama ini bersembunyi di balik senyum politik, kini terbongkar dari rumahnya sendiri.

“Foto itu diambil saat saya dipanggil sendiri oleh BTM. Tapi saya dibuat menunggu dari jam 5 sore hingga 11.20 malam. Hanya diberi waktu satu menit. Saya diperlakukan seperti orang tak dianggap,” ujar HYU penuh ketegasan, di Markas Relawan Mari Yo Mania, Abepura (7 Juli 2025).

HYU bahkan mengungkap bahwa perlakuan BTM sangat arogan, merendahkan harkat sesama manusia. Bahkan sebagai tamu yang diundang sendiri, ia justru dihina secara halus oleh tim sukses BTM, yang disebut “arogan dan rasis”.

“Saya hendak bicara ke publik waktu itu. Tapi saya tahan, demi menghormati hubungan politik BTM dan Kaka saya Boy Markus Dawir (BMD). Saya tidak ingin melukai Kaka BMD. Tapi ternyata BTM sendiri yang menikam BMD dari belakang di Pilkada Kota Jayapura,” tegas HYU.

Kisah pilu itu menjadi titik balik. Ketika MDF (Matius Derek Fakhiri) mengundang HYU, sambutan hangat, secangkir kopi, pisang goreng hangat, dan lagu-lagu Papua menyambut diskusi kecil mereka. Bagi HYU, di sanalah ia merasa dihormati sebagai manusia.

“BTM hanya melihat manusia dari kekuasaan. Tapi Kaka MDF melihat manusia dari sisi kasih dan martabat. Sentuhan kecil dari beliau menyentuh seluruh jiwa saya,” kata HYU dengan suara yang mulai bergetar.

BTM Runtuh dari Dalam, Masyarakat Tobati-Enggros Bangkit

Kini, bukan hanya para aktivis yang bersuara. Keluarga besar Tobati-Enggros—akar budaya dan politik BTM sendiri—perlahan mulai meninggalkan sang calon gubernur.

“Mereka tidak melawan. Mereka memilih. Mereka ingin masa depan yang baru, dan mereka melihat itu dalam sosok MARI YO,” ujar HYU.

Dalam budaya Papua, ketika keluarga dan suku mulai berani mengambil sikap berbeda untuk mendukung MARI YO , itu bukan sekadar langkah politik. Itu adalah panggilan nurani, bentuk cinta paling dalam untuk Tanah Papua.

“Ini bukan tentang fasilitas, bukan soal uang. Ini soal harga diri. Tentang siapa yang memperlakukan kita sebagai manusia yang utuh,” ucap HYU, menatap jauh seakan menyapa hati rakyat Papua

Kini rakyat tahu, topeng palsu BTM telah jatuh. Dan saat ini, badai perubahan dan kekalahan BTM tidak datang dari luar, tapi dari dalam rumahnya sendiri.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *