Sebuah Kehidupan yang Menjadi Khotbah: Warisan Abadi. Pdt. Sofientje Marice, Mama Rohani Telah Pulang, Tapi Kasihnya Tak Pernah Pergi

Serui, Tanah Papua kembali menangis. Udara Kota Serui terasa hening saat ribuan jemaat dan masyarakat tumpah ruah di halaman GPdI Ekklesia Serui, memberikan penghormatan terakhir bagi seorang ibu, seorang gembala, dan seorang perempuan luar biasa  Pdt. Sofientje Marice Sembai–Dawir.

Duka mendalam menyelimuti Tanah Papua. Suasana haru terasa di setiap sudut Kota Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, saat ribuan jemaat dan masyarakat berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Pdt. Sofientje Marice Sembai–Dawir, tokoh perempuan pelayan Tuhan yang telah dipanggil pulang ke rumah Bapa di Surga.

Salah satu tokoh penting yang hadir dalam momen duka tersebut adalah Hendrik Yance Udam (HYU), Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Gerakan Rakyat Cinta Indonesia (DPN Gercin Indonesia),  Usai menunaikan hak pilihnya dalam PSU Pilgub Papua di Jayapura pada Rabu, 6 Agustus 2025, HYU terbang langsung ke Serui pada Kamis (7/8) dengan menumpangi pesawat Trigana Air.

Setibanya di Serui, HYU langsung menuju rumah duka di Jalan Yos Sudarso Serui, tempat almarhumah disemayamkan. Ibadah keluarga dilakukan di Rumah Pastoral GPdI Ekklesia Serui, sebelum jenazah diserahkan secara resmi kepada pihak gereja untuk prosesi pemakaman.

Dengan langkah pelan namun pasti, HYU menapaki halaman rumah duka di Jalan Yos Sudarso Serui, membawa duka mendalam sebagai seorang anak bangsa yang kehilangan salah satu cahaya pelayanan di bumi Papua.

Almarhumah Pdt. Sofientje Marice Sembai–Dawir semasa hidupnya adalah Gembala Jemaat di GPdI Ekklesia Serui Kota dan juga pernah melayani di daerah pelosok seperti Mibar. Ia dikenal sebagai perempuan kuat, berintegritas, dan berdedikasi tinggi dalam menyebarkan Injil dan membangun kehidupan masyarakat Papua, khususnya melalui pelayanan dan panti asuhan bagi anak-anak yang kurang mampu.

Pada Jumat, 8 Agustus 2025, ibadah pemakaman dilangsungkan secara hikmat dan penuh kasih, dipimpin langsung oleh Ketua Umum Sinode GPdI, Pdt. Dr. John Weol, M.Th. Ribuan jemaat, tokoh gereja, dan masyarakat memadati halaman gereja — sebuah bukti nyata cinta umat terhadap sosok yang telah memberi hidupnya untuk melayani.

HYU: “Mama Sofientje adalah Teladan dan Pelita Papua”

Dalam keterangannya kepada media, HYU menyampaikan rasa kehilangan dan hormat yang mendalam atas kepergian almarhumah.

“Beliau adalah penjaga kemurnian doktrin GPdI dan pelayan sejati yang hidupnya adalah teladan. Mama Sofientje adalah pelita yang menerangi banyak jalan anak-anak Papua, seorang perempuan hebat yang kami semua cintai.

HYU menambahkan, atas nama pribadi, keluarga, dan organisasi Gercin Indonesia, ia menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga besar almarhumah, terutama kepada Bapak Boy Markus Dawir (BMD) — politisi senior Partai Demokrat yang juga merupakan anak kandung almarhumah.

“Kami datang tidak hanya sebagai bentuk hormat kepada seorang pelayan Tuhan, tapi juga sebagai sahabat dan mitra kerja dari Pak BMD. Kami hadir untuk memberikan dukungan moral dalam duka yang mendalam ini.

HYU mengutip ayat Mazmur 116:15:

“Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.”

Dengan hati yang penuh haru, HYU turut memberikan penghormatan terakhir dengan meletakkan bunga mawar putih di pusara almarhumah.

Dimakamkan di Samping Suami Tercinta

Jenazah Pdt. Sofientje Marice Sembai–Dawir dimakamkan di halaman depan Gereja GPdI Ekklesia Serui Kota, di samping makam suaminya, Pdt. Mesak Dawir, yang telah lebih dahulu dipanggil Tuhan. Sebuah peristirahatan abadi bagi dua jiwa pelayan Tuhan yang telah memberi hidupnya bagi pelayanan di Tanah Papua.

Ibunda Gereja, Perempuan Tanah Papua

Pdt. Sofientje Marice Sembai–Dawir bukan sekadar pendeta. Ia adalah “mama rohani” bagi banyak jiwa yang terluka, teladan bagi banyak perempuan yang ingin berdiri teguh dalam iman, dan pelita bagi banyak anak Papua yang tumbuh dari gelap menuju terang.

Di tengah keterbatasan dan kerasnya pelayanan di pelosok, beliau tetap setia menggembalakan, mengajar, dan mendidik .

tidak hanya melalui mimbar, tapi juga melalui tindakan kasih. Ia mendirikan panti asuhan, merawat anak-anak yang tak punya siapa-siapa, dan melahirkan generasi baru Papua yang hari ini berdiri sebagai buah dari pelayanannya.

“Beliau tidak hanya berkhotbah, tapi hidupnya sendiri adalah khotbah,” ujar HYU dengan mata berkaca.

Kata-Kata Terakhir HYU: “Mama Telah Menabur, Kini Saatnya Menuai”

Lanjut , HYU juga Mengatakan

“Almarhumah adalah sosok yang menjaga kemurnian ajaran GPdI dengan kesetiaan yang tidak tergoyahkan. Dia adalah perempuan hebat, mama bagi semua suku, semua golongan. Seorang penjaga terang di tengah gelapnya tantangan pelayanan.”

Ia melanjutkan dengan suara bergetar:

“Saya percaya, surga menyambut dengan pelukan hangat. Karena seorang perempuan yang telah menabur kasih, kini tiba waktunya untuk menuai kemuliaan di sisi Tuhan.”

Mengutip Mazmur 116:15, HYU berkata:

“Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.”

Dan dengan bunga mawar putih di tangannya, ia mendekat ke pusara almarhumah, menundukkan kepala dan menaburkan tanda cinta , bisu, tapi penuh makna.

Pemakaman Seorang Ibu, di Samping Suami Sejiwa

Jenazah Pdt. Sofientje Marice Sembai–Dawir dimakamkan di halaman depan Gereja GPdI Ekklesia, di samping sang suami tercinta, Pdt. Mesak Dawir, yang telah lebih dulu dipanggil Tuhan.

Dua jiwa pelayan Tuhan kini bersatu kembali bukan dalam peluh pelayanan, tapi dalam damai kekekalan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *